Konsep revolusi industri 5.0 pertama kali dicetuskan profesor bernama Klaus Schwab. Dia merupakan ekonom asal Jerman terkenal sekaligus orang yang menggagas World Economic Forum (WEF). Dalam bukunya, Fourth Industrial Revolution, ia mengungkapkan bahwa revolusi 5.0 dapat mengubah cara seseorang hidup, melakukan pekerjaan, serta berhubungan dengan orang lain.

Era 5.0 juga merambah ke dunia virtual. Wujudnya sendiri adalah konektivitas antara manusia, data, dan mesin yang ditemukan di mana-mana dan dikenal juga dengan sebutan Internet Of Things (Iot). Era industri 5.0 juga melahirkan teknologi produksi massal, mesin yang bisa mengontrol produksi sendiri maupun dengan bantuan manusia. Salah satu ciri khas dari industri 5.0 ini yaitu dengan menerapkan kecerdasan artifisial (artificial intelligence).

Dampak Revolusi 5.0 Di Dunia Pendidikan

Dunia pendidikan juga terkena dampak revolusi 5.0 yang mengubah tata cara berpikir mengenai pendidikan itu sendiri. Tidak hanya dalam konteks cara mengajar, akan tetapi sampai pada perubahan dalam perspektif konsep pendidikan tersebut. Oleh karenanya, pengembangan kurikulum ke depan harus dilengkapi dengan kemampuan siswa untuk menganalisis dimensi pedagogik, keterampilan, kemampuan berkolaborasi, berpikir kreatif dan kritis.

Disamping itu, pengembangan soft skill serta transversal skill, akan sangat berguna dalam dunia kerja misalnya keterampilan interpersonal, bekerjasama, memiliki pemikiran global, kemampuan membaca literasi dan informasi yang kuat.

Tetap Menekankan Pada Pendidikan Moral

Revolusi industri 5.0 yang berdampak pada dunia pendidikan, pada akhirnya juga menekankan pada bagaimana pendidikan karakter, moral, serta keteladanan. Alasannya, ilmu dapat digantikan oleh peranan teknologi, namun penerapan soft skill dan hard skill tidak bisa digantikan. Diperlukan kesiapan pendidikan berbasis kompetensi, pemahaman mengenai bagaimana memanfaatkan internet of things, serta pemanfaatan artificial intelligence.

Kemampuan Pengajar Dan Kurikulum Menghadapi Era 5.0

Mau tidak mau, pengajar juga harus bisa mengikuti perkembangan revolusi 5.0 di bidang pendidikan. Kurikulum harus disesuaikan dan para pengajar juga harus punya kompetensi. Beberapa kompetensi tersebut mulai dari educational competence, technological commercialization, counselor competence, serta competence in future strategies. Ia juga harus mampu mengejar ketertinggalannya dalam dunia informasi teknologi.

Perubahan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran juga berubah dengan adanya revolusi 5.0. sejumlah cara yang bisa digunakan mulai dari flipped classroom, integrasi media sosial, Khan academy, project based learning, schoology, maupun basis teknologi lain bisa diintegrasikan selama proses pembelajaran. Dengan demikian, para peserta didik juga bisa mengimbangi revolusi industri ini.

Kecakapan Tenaga Pendidik

Seorang tenaga pendidik juga harus memiliki kecakapan dan kemampuan yang bisa menginspirasi para murid. Beberapa kemampuan mulai dari kemampuan kepemimpinan, literasi digital, komunikasi, kewirausahaan, serta pemecahan masalah. Tenaga pengajar harus menjadi penggerak yang mampu menggerakan muridnya tanpa harus disuruh.

Sebenarnya, revolusi industri 5.0 bukanlah barang baru. Alasannya, sebelumnya terlebih dahulu ada revolusi 4.0 yang juga berdampak pada dunia industri. Manusia dan teknologi sudah menjadi suatu hal yang tak terpisahkan, bahkan banyak robot yang mulai berkolaborasi dengan manusia untuk membantu mempermudah segala aktivitasnya. Di masa depan, bisa saja para murid akan berkolaborasi dengan kecerdasan artifisial dalam proses pembelajaran.

Masa pandemi covid 19 yang melanda dunia, revolusi 5.0 sangat membantu dalam dunia pendidikan. Di saat interaksi antara murid dan guru tidak mungkin dilakukan secara langsung, semuanya bergantung pada teknologi. Proses pembelajaran dilakukan secara virtual dan secara langsung bisa saja menjadi sebuah kebiasaan yang akan merubah cara cara belajar dan mengajar di masa depan. (yuli)