Bagi para calon tenaga pengajar, tentu sudah paham dan mempelajari apa saja model dan konsep pembelajaran. Meskipun telah paham sejarah konsep, ternyata dalam mempraktikkannya, sering menghadapi tantangan yang tidak terduga dan diluar rencana. Bahkan, banyak yang kebingungan ketika harus menghadapi situasi lapangan yang sebenarnya, apalagi mereka yang masih baru.

Seiring waktu berlalu, pengalaman langsung berada di kelas memang akan membuat seorang pengajar menemukan treatment yang paling pas. Namun itu harus melewati proses trial dan error dahulu. Oleh karena itu, formula yang bisa digunakan cara mengajar perlu dipahami dengan pendekatan yang lebih mudah.

Cara Membangun Suasana Pembelajaran Yang Positif

Untuk menciptakan suasana pembelajaran positif, salah satu sumber referensi rujukan yaitu konsep psikologi positif dari Martin Slegmen. Pendekatan yang lebih ditekankan berkaitan dengan emosi positif saat proses belajar mengajar.

  • Membangun Euforia, Kebahagiaan Dalam Kebersamaan

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menciptakan kondisi pleasure yang akan menyenangkan para siswa. Saat seorang siswa senang, maka selanjutnya akan lebih nyaman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sebaliknya, di saat timbul ketakutan kekhawatiran dan merasa terintimidasi, maka suasana yang tercipta tentu sangat tidak mengenakkan.

Pada tahap ini, pengajar jangan menjadi sosok yang ditakuti siswa. Suasana euforia dan kegirangan harus diciptakan misalnya dengan beberapa cara. Aktivitas bersama-sama yang dilakukan seperti berdoa bersama, bernyanyi, nonton video inspirasi atau ibadah berjamaah bisa membangun kedekatan antara siswa dan guru. Jangan terlalu banyak melakukan kegiatan yang menguras pikiran.

  • Membangun Kepuasan Psikologis Siswa

Tahap berikutnya adalah dengan menciptakan kondisi grafication. Dalam tahap ini tidak hanya melibatkan emosi untuk menciptakan kesenangan saja. Lebih dari itu, dilakukan juga dengan hal positif yang bisa memancing kepuasan psikologis. Pada prinsipnya, tahap ini merupakan usaha membangun suasana kelas yang mampu menciptakan kepuasan batin siswa.

Jika sudah mencapai kondisi kepuasan batin, siswa akan melakukan sesuatu dengan sukarela tanpa merasa terpaksa. Peran kognisi atau daya pikir lebih dominan daripada kemampuan indrawi. Siswa merasa terdorong melakukan sesuatu tanpa adanya tekanan.

Pada tahap ini tugas seorang pengajar adalah memberikan stimulus. Apabila kondisi ini terjadi, maka siswa yang tadinya tidak menyukai sebuah mata pelajaran akan beradaptasi dan mulai mengikutinya dengan baik. Bisa juga dibuat aturan yang seru agar mereka bergairah. Contohnya, jika siswa melakukan tindakan tertentu, akan mendapatkan reward. Dengan begitu, gejolak batin positif akan muncul.

  • Memberikan Moment Kepada Siswa Agar Merasa Bermakna

Pada tahap ini dibangun kondisi meaningful. Siswa tidak lagi dikondisikan oleh kita, namun dengan sendirinya membangun kondisi tersebut. Dengan kata lain, mereka merasa puas dan bermakna karena telah membangun suasana kelas. Buat seolah-olah mereka yang memegang kendali.

Umumnya ini terjadi otomatis. Para siswa akan merasa bermakna, misalnya buatlah satu persatu mereka terlibat di kelas atau menjadi fokusnya. Contohnya, dengan memotivasi mereka untuk presentasi kelompok maupun secara estafet maju ke depan, lakukan koreksi, atau tanya jawab seputar materi.

Pada kondisi tersebut, pengajar tidak bertindak dominan sama sekali. Siswa yang aktif akan menularkan semangat kepada kawan yang lainnya. Tugas pengajar cukup menyimak dan memastikan suasana tersebut tidak keluar dari proses pembelajaran. Tentu saja, tetap perlu mengamati dan mempersiapkan penutupan yang cocok untuk suasana pembelajaran tersebut. (yuli)